Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tak Usah Risau, Kanker Serviks Bisa Disembuhkan

image-gnews
Ilustrasi Kanker Serviks. Cancerbox.org
Ilustrasi Kanker Serviks. Cancerbox.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kanker serviks adalah salah satu bentuk kanker yang sebenarnya paling dapat dicegah dan disembuhkan, asalkan terdeteksi secara dini dan dikelola secara efektif. Tapi, mengapa setiap tahun, lebih dari 300.000 perempuan meninggal karena kanker serviks atau leher rahim. Lebih dari setengah juta wanita secara global didiagnosis kanker tersebut. Ini artinya setiap menit, seorang wanita didiagnosis menderita kanker serviks. 

Sembilan dari 10 wanita yang meninggal karena kanker serviks tinggal di negara miskin. Hal ini berarti sebagian besar wanita yang paling rentan di bumi kita ini, mengalami penderitaan yang tidak perlu (dying unnecessarily). Meningkatnya kematian wanita akibat kanker serviks, terbukti merusak prestasi bidang kesehatan ibu dan anak. Perbedaan luaran klinis saat ini, terutama dalam kemampuan bertahan hidup dari kanker serviks, bervariasi antara 33-77%, sehingga tidak dapat diterima dan seharusnya segera diminimalkan.

Terjadinya kasus baru dapat dikurangi dengan dua cara, yaitu vaksinasi HPV (Human Papilloma Virus) dan skrining serviks, yang dilanjutkan dengan mengikuti pengobatan untuk mencegah terjadi perubahan awal (lesi pra kanker), sebelum kanker serviks benar-benar terjadi. Saat ini, sebagian besar wanita dengan kanker serviks didiagnosis pada stadium lanjut, di mana peluang untuk penyembuhannya kecil. Hal ini diperparah oleh kurangnya akses kepada layanan medis yang menyelamatkan jiwa, dalam sistem kesehatan nasional.

WHO merekomendasikan bahwa semua anak perempuan secara global divaksinasi HPV dan bahwa setiap perempuan di atas 30 tahun harus diperiksa dan diberikan perawatan untuk kelainan atau lesi pra-kanker pada serviks. Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan teknologi dan strategi inovatif dalam meningkatkan akses ke diagnosis dan pengobatan kanker serviks invasif pada tahap awal. Selain itu, juga perlu dipastikan adanya ketersediaan perawatan paliatif untuk penderita yang membutuhkannya.

Semua layanan tersebut harus menyatu dalam sistem kesehatan nasional setiap negara, yang ditujukan untuk memberikan cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Couveraga (UHC). Negara-negara berpenghasilan tinggi telah menunjukkan bahwa hal tersebut adalah mungkin dan dapat dicontoh, sehingga sekarang adalah waktu yang tepat untuk mencapai eliminasi global (now is the time for global elimination).

Pada Mei 2018, Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus membuat seruan global untuk bertindak terhadap penghapusan kanker serviks. Seruan ini termasuk dalam target Umum WHO (General Programme of Work), yaitu 1 miliar orang mendapat manfaat dari UHC, 1 miliar orang terlindungi dari keadaan darurat kesehatan, dan 1 miliar orang menikmati derajad kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik. Diperlukan komitmen politik, obat dan alat kesehatan untuk mencapai penghapusan global kanker serviks. Beberapa negara dan badan-badan PBB telah bergabung di dalam koalisi Pencegahan dan Kontrol Kanker Serviks (UN Joint Global Programme on Cervical Cancer Prevention and Control).

Kanker serviks dapat dicegah dengan vaksinasi HPV, uji saring rutin, dan pengobatan lesi pra kanker. Kanker serviks dapat disembuhkan dengan diagnosis dini dan pengobatan kanker stadium dini yang tepat waktu. Musababnya, kanker itu memiliki potensi tinggi untuk disembuhkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, perawatan paliatif sangat penting, dengan manajemen atas gejala klinis, sosial, dan kebutuhan spiritual, untuk semua wanita dengan kanker serviks dan keluarga mereka sangat penting. Hampir 90% wanita yang meninggal karena kanker serviks, terbukti memiliki akses yang buruk untuk pencegahan, skrining dan pengobatan, sehinnga kita seharusnya menentang 

Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dapat menyebabkan kanker serviks, yang merupakan kanker paling umum keempat pada wanita, dengan perkiraan 266.000 kematian dan 528.000 kasus baru pada 2012. Sebagian besar (sekitar 85%) dari beban global terjadi di negara yang kurang berkembang, di mana kejadian itu menyumbang hampir 12% dari semua kanker pada wanita.

Meskipun sebagian besar infeksi HPV tidak menimbulkan gejala, infeksi HPV pada alat genital yang menetap atau persisten dapat menyebabkan kanker serviks pada wanita. Hampir semua kasus kanker serviks (99%) terkait dengan infeksi genital dengan HPV, dan infeksi virus ini adalah infeksi paling umum pada saluran reproduksi. HPV juga dapat menyebabkan penyakit lain, yaitu kanker anogenital, kanker kepala dan leher, dan kutil kelamin pada pria dan wanita. Infeksi HPV ditularkan melalui kontak seksual.

Lebih dari 70% kasus kanker serviks dipicu ole HPV tipe 16 dan 18. Vaksi HPV dapat dianjurkan untuk diberikan pada perempuan rentang usia 9—55 tahun, namun paling efektif jika diberikan pada anak pada kisaran umur 9—13 tahun.

Upaya pencegahan kanker serviks pada wanita, harus dimulai sejak periode gadis remaja. Imunisasi HPV pada anak umur 9—13 tahun menjadi langkah strategis untuk pencegahan kanker serviks pada wanita yang mematikan.

Tulisan ini sudah tayang di Dokterwikan

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

11 jam lalu

Presiden AS Joe Biden besama mantan presiden AS Barack Obama meninggalkan Air Force One di Bandara Internasional John F Kennedy di New York, AS 28 Maret 2024. REUTERS
Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden


Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

PM Israel Benyamin Netanyahu dan istrinya, Sara. REUTERS
Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.


10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

1 hari lalu

Warga Palestina, yang menjadi pengungsi akibat serangan militer Israel di Gaza selatan, berusaha untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara melalui pos pemeriksaan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, seperti yang terlihat dari Jalur Gaza tengah 15 April. 2024. REUTERS/Ramadan Abed
10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel


WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

Warga Palestina menikmati pantai pada hari yang panas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 24 April 2024. REUTERS/Mohammed Salem
WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.


Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

2 hari lalu

Ilustrasi penderita kanker. shutterstock.com
Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.


Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

4 hari lalu

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams, kedua dari kanan, bergabung bersama Badan Perhimpunan Hakim Perempuan Indonesia dalam seminar internasional pertama mereka di Jakarta pada tanggal 26 April.
Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

Mahkamah Agung Indonesia saat ini memiliki representasi perempuan tertinggi di antara lembaga penegak hukum di Indonesia.


Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

5 hari lalu

Migran dari Thailand Cheng
Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker


Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

UNDP, WHO dan Kemenkes kolaborasi proyek yang didanai oleh Green Climate Fund (GCF) untuk waspadai dampak Perubahan Iklim di bidang Kesehatan/Tempo- Mitra Tarigan
Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.


Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

5 hari lalu

Ilustrasi Kanker. shutterstock.com
Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.